Membingkai Kesedihan dalam vibrasi
Oil on canvas, 90 cm x
70 cm (2007)
Susapto Murdowo
Warna dan Goresan
Dalam lukisan ini
teridentifikasi ada beberapa warna-warna yang disajikan Sapto Murdowo sebagai
tanda dirinya ada didalamnya, yaitu warna biru gelap adalah bagian penekannnya
namun bukan sebagai pusatnya, maksudnya adalah ini sebagai dasar adanya hal
lain yang akan muncul setelahnya, kemudian warna merah muda yang cenderung
memudar dan warna kuning muda yang juga cenderung memudar, di letakan pada
bagian tengah bawah dan menghilang ke atas, memberikan kesan seakan ada tarikan
dari bawah keatas, tarikan dari benda tajam yang menyayat atau mencabik-cabik
kesedihan yang membelenggu dan ingin mengeluarkan potensi kegembiraan yang
terselimuti kesedihan tersebut.
Dalam goresan tadi telah di
tekankan seperti sebuah sayatan benda tajam yang sebenarnya sakit namun harus
dilakukan karena demi terbitnya sebuah kegembiraan setelah terjadinya hal-hal
buruk tersebut. Bisa dikatakan bahwa seharusnya setelah kesedihan akan muncul
kegembiraan walau pudar dan samar-samar.
Membingkai Kesedihan dalam Vibrasi
Lukisan yang berukuran 90 cm x
70 cm (2007), menurut kisahnya di buat saat masa-masa sakitnya Sapto Murdowo,
oleh kerenanya memiliki warna-warna biru gelap yang ditampilkan sebagai
penekanan bahwa kesedihan adalah keseluruhan kisah atau tokoh utama dalam karya
lukisan yang kita coba beri judul kembali “Membingkai Kesedihan dalam Vibrasi”
namun karena sedih selalu menyimpan hadiah besarnya yaitu kebahagiaan setelah
mampu melewati masa-masa sulit ini, tercermin dari warna merah muda dan kuning
muda namun lebih mendekati warna pudar, sehingga bisa disebut bahwa kebahagiaan
itu masih terbawa sedikit kesedihan yang akhirnya mengendap. Secara teknis
lukisan ini bisa disebut menggunakan aliran abstrak, berarti karya ciptaan yang
sama sekali terbebas dari ilusi atas bentuk-bentuk di alam, tetapi secara lebih
umum, adalah seni di mana bentuk-bentuk alam itu bukan berfungsi sebagai objek
ataupun tema yang harus dibawakan, melainkan sebagai motif saja. Dari sini kita
bisa melihat sebuah tanda vibrasi dan warna biru tua yang menjadikan sebuah
pesan terhadap kita tentang kesedihan yang di alami Sapto dan seharusnya orang
yang melihat lukisan ini akan memiliki getaran yang sama karena telah menerima
vibrasi dari lukisan ini. Jika melihat goresannya secara sekilas seperti kulit
yang tercabik-cabik dan melihatkan isi daging didalamnya yang berdarah merah
dan berlendir getah kuning. Ada luka yang mungkin tak bisa sembuh semenjak
ibunya meninggal, lalu dengan sakitnya Sapto ini menjadikan tanda adanya rasa
putus asa dalam memahami timbal balik vibrasi dengan dirinya sendiri, kemudian goresan
ini di tekankan pada warna kulit yang biru menghitam gelap sebagai bukti
lukanya yang mengendap itu talah lama membengkak dan menjadikan vibrasi-vibrasi
yang dirasakan pekat namun hilang setelah terbenturkan oleh apa yang terjadi
pada dirinya sendiri.
Menjadi Rasa Sedih
Dari lukisan Sapto Murdowo yang
dibuat saat ia sakit jantung dan cedera kaki membuktikan bahwa ada semangat
yang sebenarnya terus tumbuh namun bertolak belakang dengan kondisi fisik yang
melemah, disini membuat sebuah dilema yang pelik karena ketika seorang pendidik
sekaligus seniman ini tidak bisa bergerak enerjik dalam mengajar mahasiswanya
juga berkarya seni maka memunculkan rasa frustasi bahkan depresi (lihat warna
biru tua) apakah vibrasi ini penting ? atau apakah hidup itu hanya seperti ini
? mungkin tak ada jawaban yang pasti, kepastian itu kita dapat dari refleksi
terhadap diri kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar