Senin, 23 Oktober 2017

Tugas Kritik Seni - Muhammad Fajar Trianto - 12206244029


Membingkai Kesedihan dalam vibrasi
Oil on canvas, 90 cm x 70 cm (2007)
Susapto Murdowo

Warna dan Goresan
                Dalam lukisan ini teridentifikasi ada beberapa warna-warna yang disajikan Sapto Murdowo sebagai tanda dirinya ada didalamnya, yaitu warna biru gelap adalah bagian penekannnya namun bukan sebagai pusatnya, maksudnya adalah ini sebagai dasar adanya hal lain yang akan muncul setelahnya, kemudian warna merah muda yang cenderung memudar dan warna kuning muda yang juga cenderung memudar, di letakan pada bagian tengah bawah dan menghilang ke atas, memberikan kesan seakan ada tarikan dari bawah keatas, tarikan dari benda tajam yang menyayat atau mencabik-cabik kesedihan yang membelenggu dan ingin mengeluarkan potensi kegembiraan yang terselimuti kesedihan tersebut.
                Dalam goresan tadi telah di tekankan seperti sebuah sayatan benda tajam yang sebenarnya sakit namun harus dilakukan karena demi terbitnya sebuah kegembiraan setelah terjadinya hal-hal buruk tersebut. Bisa dikatakan bahwa seharusnya setelah kesedihan akan muncul kegembiraan walau pudar dan samar-samar.
Membingkai Kesedihan dalam Vibrasi
                Lukisan yang berukuran 90 cm x 70 cm (2007), menurut kisahnya di buat saat masa-masa sakitnya Sapto Murdowo, oleh kerenanya memiliki warna-warna biru gelap yang ditampilkan sebagai penekanan bahwa kesedihan adalah keseluruhan kisah atau tokoh utama dalam karya lukisan yang kita coba beri judul kembali “Membingkai Kesedihan dalam Vibrasi” namun karena sedih selalu menyimpan hadiah besarnya yaitu kebahagiaan setelah mampu melewati masa-masa sulit ini, tercermin dari warna merah muda dan kuning muda namun lebih mendekati warna pudar, sehingga bisa disebut bahwa kebahagiaan itu masih terbawa sedikit kesedihan yang akhirnya mengendap. Secara teknis lukisan ini bisa disebut menggunakan aliran abstrak, berarti karya ciptaan yang sama sekali terbebas dari ilusi atas bentuk-bentuk di alam, tetapi secara lebih umum, adalah seni di mana bentuk-bentuk alam itu bukan berfungsi sebagai objek ataupun tema yang harus dibawakan, melainkan sebagai motif saja. Dari sini kita bisa melihat sebuah tanda vibrasi dan warna biru tua yang menjadikan sebuah pesan terhadap kita tentang kesedihan yang di alami Sapto dan seharusnya orang yang melihat lukisan ini akan memiliki getaran yang sama karena telah menerima vibrasi dari lukisan ini. Jika melihat goresannya secara sekilas seperti kulit yang tercabik-cabik dan melihatkan isi daging didalamnya yang berdarah merah dan berlendir getah kuning. Ada luka yang mungkin tak bisa sembuh semenjak ibunya meninggal, lalu dengan sakitnya Sapto ini menjadikan tanda adanya rasa putus asa dalam memahami timbal balik vibrasi dengan dirinya sendiri, kemudian goresan ini di tekankan pada warna kulit yang biru menghitam gelap sebagai bukti lukanya yang mengendap itu talah lama membengkak dan menjadikan vibrasi-vibrasi yang dirasakan pekat namun hilang setelah terbenturkan oleh apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Menjadi Rasa Sedih
                Dari lukisan Sapto Murdowo yang dibuat saat ia sakit jantung dan cedera kaki membuktikan bahwa ada semangat yang sebenarnya terus tumbuh namun bertolak belakang dengan kondisi fisik yang melemah, disini membuat sebuah dilema yang pelik karena ketika seorang pendidik sekaligus seniman ini tidak bisa bergerak enerjik dalam mengajar mahasiswanya juga berkarya seni maka memunculkan rasa frustasi bahkan depresi (lihat warna biru tua) apakah vibrasi ini penting ? atau apakah hidup itu hanya seperti ini ? mungkin tak ada jawaban yang pasti, kepastian itu kita dapat dari refleksi terhadap diri kita masing-masing.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar